Selamat Hari Lahir Pancasila! Sudahkah Kita Mengamalkannya?

Setiap 1 Juni, bangsa Indonesia memperingati Hari Lahir Pancasila—momen bersejarah ketika Bung Karno pertama kali memperkenalkan dasar negara dalam sidang BPUPKI (1945). Namun, di tengah gegap gempita peringatan, muncul pertanyaan kritis: Sudahkah kita benar-benar mengamalkan nilai-nilai Pancasila?

Artikel ini akan mengajak pembaca mengevaluasi sejauh mana Pancasila hidup dalam keseharian kita, bukan sekadar hafalan atau simbol seremonial. Dengan analisis berbasis data terkini, tantangan zaman, dan contoh praktis, mari kita refleksikan bersama makna Pancasila yang sesungguhnya.

Pancasila terdiri dari lima sila yang dirancang sebagai pedoman hidup berbangsa dan bernegara. Namun, apakah nilai-nilai ini benar-benar terinternalisasi? Berikut evaluasinya:

  1. Ketuhanan Yang Maha Esa
  1. Ketuhanan Yang Maha Esa
    • Idealnya:
      Toleransi antarumat beragama, penghormatan pada keyakinan masing-masing.
    • Realita 2025:
      • Masih terjadi diskriminasi atas nama agama, seperti penolakan pendirian rumah ibadah.
      • Survei SETARA Institute (2024) menunjukkan 15% kasus intoleransi meningkat di media sosial.
    • Solusi
      Dialog antarkelompok agama dan edukasi multikultural sejak dini.
  2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
    • Idealnya:
      Perlindungan HAM, antiperundungan (bullying), dan kesetaraan.
    • Realita 2025:
      • Kekerasan terhadap minoritas masih terjadi, seperti kasus pelecehan terhadap difabel.
      • Eksploitasi pekerja migran di luar negeri belum sepenuhnya terselesaikan.
    • Solusi:
      Penguatan hukum dan kampanye #ManusiaTanpaBatas.
  3. Persatuan Indonesia
    • Idealnya:
      Bhinneka Tunggal Ika, menolak politik identitas yang memecah belah.
    • Realita 2025:
      • Polarisasi politik pascapemilu masih meninggalkan friksi di masyarakat pascapemilu masih meninggalkan friksi di masyarakat.
      • Hoaks SARA marak di platform digital, memicu konflik horizontal.
    • Solusi:
      Gerakan literasi digital
      dan konten kreatif pemersatu bangsa.
  4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan
    • Idealnya:
      Demokrasi sehat, partisipasi publik dalam pengambilan keputusan.
    • Realita 2025:
      • Korupsi masih terjadidi sejumlah lembaga pemerintahan.
      • Minimnya keterwakilan perempuan dan kelompok marginal di parlemen.
    • Solusi:
      Transparansi anggaran dan penguatan sistem antikorupsi.
  5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
    • Idealnya:
      Pemerataan ekonomi, akses kesehatan, dan pendidikan.
    • Realita 2025:
      • Kesenjangan ekonomi masih tinggi (Gini Ratio: 0,38).
      • Stunting dan kurang gizi Stunting dan kurang gizi tetap jadi masalah di daerah terpencil.
    • Solusi:
      Program padat karya dan penguatan UMKM berbasis teknologi.

Berikut langkah konkret yang bisa dilakukan:

Mulai dari Diri Sendiri:

  • Hindari ujaran kebencian di media sosial.
  • Bantu sesama tanpa memandang suku/agama.

Keluarga & Lingkungan:

  • Ajarkan Pancasila melalui kisah inspiratif, bukan sekadar hafalan.
  • Buat kegiatan gotong royong di RT/RW.

Tingkat Nasional:

  • Dukung kebijakan pro-rakyat (misal: program beasiswa, bansos tepat sasaran).
  • Laporkan korupsi melalui whistleblower system.

Pancasila akan mati jika hanya jadi ritual upacara tanpa tindakan nyata. Di usia ke-80 tahunnya (1945–2025), mari kita kembali ke khittah Pancasila dengan:

  • Menolak politik adu domba.
  • Memperjuangkan keadilan sosial.
  • Menjadi teladan dalam keseharian.

Selamat Hari Lahir Pancasila!
“Kita boleh berbeda, tapi jangan pernah pecah-belah. Pancasila adalah jiwa Indonesia.”

Contact Us

NURUL FIKRI ACADEMY TRAINING CENTER
Jl. Lenteng Agung Raya No. 20C Srengseng Sawah
Jagakarsa, Jakarta Selatan 12640

© 2023 Nurul Fikri Academy. All Rights Reserved Owned by PT Nurul Fikri Cipta Inovasi